Review Hubungan Dokter & Pasien
Pernahkah anda antri ke dokter?
Paling sebel kalau ke dokter harus ngantri apalagi kalau ke dokter gigi. Sudah gak tahan ma sakitnya, masih harus menunggu giliran.E...di periksa dokternya cuman lima menit, gak ada tindakan lain cuman dibuatin resep, sudah selesai. Padahal pasien sebelum kita koq lama bener ditanganinya, giliran kita kayaknya dokternya cepet-cepetan. Pernah gak ngalami yang seperti ini?
Atau contoh lain: ke dokter kandungan, kontrol kehamilan.
Untuk latihan kesabaran, ngantri di dokter kandungan memang paling menantang apalagi dokternya senior. Bahkan, aku pernah ngantri sampai jam: 03.00 saat puasa pula. Jadi sekalian sahur gitu.
Atau contoh lain: ke dokter Anak.
Kalau ngantri di dokter kandungan paling menantang, kalau ngantri di dokter anak, paling menyayat. Selain panik dengan anak yang sakit, terkadang kita harus mengelus dada mendapat perlakuan yang tidak menyenangkan dari perawat penerima pasien. Selain itu juga harus tabah mendengar tangisan rewel anak-anak yang lain.
Sudah deh...kalau judulnya antri memang menyebalkan apalagi ngantri di ruang tunggu dokter yang sensitif. Ditambah lagi kalau komunikasi dokter & pasiennya minim maka timbullah prasangka.
Yang dokternya matre, yang dokternya gak pinter, yang dokternya grusa-grusu, bla-bla...de el el.
Tapi benarkah begitu?
Benar...untuk satu kategori, dokter memang terkadang menyebalkan. Dalam artian, kita datang, menunggu, masuk bertemu dokter, diperiksa, dikasih resep, selesai...? Terus, gimana dong dengan pertanyaan-pertanyaan yang sudah dipersiapkan a, b, c dan d belum sempat terlontar tapi sepertinya kita sudah digiring untuk keluar. Jarang khan dokter yang bisa ngobrol nyantai ma pasiennya di ruang periksa? Itulah harapan yang dibawa pasien dari rumah.
Harapan yang tidak sesuai menyebabkan prasangka. Begitulah terjadinya prasangka terhadap dokter. Andai saja harapannya terpenuhi masih saja prasangkanya berlanjut..."Nih dokter gak laku makanya punya banyak waktu ma pasiennya". Nah prasangka lagi khan.
Untuk kategori dokter matre, dokter gak pinter, dokter lalai de-el-el...Namanya juga prasangka, leave it..!
Tapi coba kita telaah lebih bijak (artinya gak pake kacamata: prasangka)
Kenapa seorang pasien bisa tidak percaya pada dokternya?
Semua masalah bersumber pada komunikasi. Pesan yang dibawa dokter-pasien atau pasien-dokter tidak nyampe.
Sebenarnya skemanya sederhana. Pada prinsipnya seorang dokter akan melakukan tindakan pertolongan berdasarkan keahliannya untuk membantu pasiennya. Yang tidak sederhana adalah akibat dari sebuah tindakannya itu karena tubuh manusia bereaksi berbeda. Dan yang tahu akibat detil dari sebuah tindakan (komplikasi dll) adalah dokter yang bersangkutan karena itu adalah keahliannya. Sementara pasien atau keluarga sebagai orang awam hanya bisa menduga-duga penyebabnya. Keadaan kritis ini akan diperparah jika komunikasi dokter-pasien tidak bagus sebelumnya maka timbullah prasangka yang akan diawali dengan tuduhan.
Untuk lebih jelasnya saya akan kutip sebuah blog yang menulis:
Praktik kedokteran merupakan suatu praktik penuh risiko. Tindakan medik diagnostik maupun terapetik tidak pernah lepas dari kemungkinan cedera, syok sampai meninggal. Selain itu, pada umumnya hasil suatu pengobatan tidak dapat diramalkan secara pasti. Seorang dokter dikatakan melakukan malapraktik jika ia melakukan praktik kedokteran sedemikian buruknya, berupa kelalaian besar (culpa lata), kecerobohan yang nyata atau kesengajaan yang tidak mungkin dilakukan oleh dokter pada umumnya, dan bertentangan dengan undang-undang, sedemikian sehingga pasien mengalami kerugian.
Dokter adalah manusia biasa, dalam artian dia bukan dewa atau setengah dewa jadi janganlah menaruh harapan berlebihan seolah dokter dapat mengatasi atau menyembuhkan semua penyakit.Dan bila hasilnya tidak seperti yang diharapkan cobalah untuk berprasangka baik pada dokter yang berusaha menolong anda. Prasangka tidak pernah menghasilkan satu kebaikan sebaliknya akan membawa banyak keburukan.
Sehubungan dengan kasus dr Ayu dkk, Praktik kedokteran merupakan suatu praktik penuh risiko. Tindakan medik diagnostik maupun terapetik tidak pernah lepas dari kemungkinan cedera, syok sampai meninggal. Selain itu, pada umumnya hasil suatu pengobatan tidak dapat diramalkan secara pasti. Seorang dokter dikatakan melakukan malapraktik jika ia melakukan praktik kedokteran sedemikian buruknya, berupa kelalaian besar (culpa lata), kecerobohan yang nyata atau kesengajaan yang tidak mungkin dilakukan oleh dokter pada umumnya, dan bertentangan dengan undang-undang, sedemikian sehingga pasien mengalami kerugian.
Dokter adalah manusia biasa, dalam artian dia bukan dewa atau setengah dewa jadi janganlah menaruh harapan berlebihan seolah dokter dapat mengatasi atau menyembuhkan semua penyakit.Dan bila hasilnya tidak seperti yang diharapkan cobalah untuk berprasangka baik pada dokter yang berusaha menolong anda. Prasangka tidak pernah menghasilkan satu kebaikan sebaliknya akan membawa banyak keburukan.
Dan sebelum prasangka berlanjut, adalah hak anda untuk mencari dokter lain yang lebih mendekati harapan anda.
Saya percaya masalah yang sebenarnya adalah karena kesenjangan informasi dokter-pasien, bukan karena dokternya melakukan malpraktek sehingga mengharuskan mereka diadili sebagai seorang kriminal dan masuk penjara. Saya yakin jika ada keluarga pasien yang dari kalangan medis mereka tidak akan membiarkan hal ini terjadi. Semoga saja masalah ini menemukan jalan keluar yang terbaik untuk semuanya. Amin YRA.
Bagaimana menjalin komunikasi dengan dokter Anda?
Sebagai istri dokter, saya bisa mengerti kenapa dokter selalu tampak terburu-buru dan pelit bicara (biasalah masalah klasik, beban kerja dll yang ujung-ujungnya bisa menyalahkan Indonesia Raya...:). Tapi sebagai pasien, saya harus smart. Saya akan mencari cara untuk bisa leluasa berkomunikasi dengan dokter. Untuk mensiasatinya, saya selalu minta nomer hp dokter yang bersangkutan. Jadi kalau ada yang perlu saya tanyakan sehubungan dengan reaksi obat, treatment, dll saya akan menanyakan lewat sms. Inspirasi ini datang justru karena saya melihat banyak teman-teman yang dengan mudah menanyakan ini-itu pada dokter yang merawatnya. Biasanya dokternya tidak keberatan membagi no hpnya, apalagi dokter kandungan/anak, mudah sekali dihubungi bila ada kegawatdaruratan. Hehehe sepertinya dokter sekarang sudah menguasai tehnik customer relation lebih baik dibanding dokter yang dulu-dulu.
Apakah anda pernah mempunyai pengalaman yang menyentuh dengan dokter anda?
Saya pernah, nanti kapan-kapan saya share deh...sekarang cukup disini dulu. Selalu ada hikmah dibalik sebuah musibah dan semoga kita dapat mengambil hikmahnya. Semoga kasus yang menimpa dr ayu dkk, dapat menjadi pembelajaran bagi kita semua, baik untuk dokter, rumahsakit juga pasien. Semoga kita semua dihindarkan dari kedholiman buruk sangka dan fitnah. Dan sekarang ada penekanan didalam doa-doa saya, semoga suami dalam menjalankan tugasnya selalu dalam lindunganMu Ya Rob. Amin YRA.
Saya pernah, nanti kapan-kapan saya share deh...sekarang cukup disini dulu. Selalu ada hikmah dibalik sebuah musibah dan semoga kita dapat mengambil hikmahnya. Semoga kasus yang menimpa dr ayu dkk, dapat menjadi pembelajaran bagi kita semua, baik untuk dokter, rumahsakit juga pasien. Semoga kita semua dihindarkan dari kedholiman buruk sangka dan fitnah. Dan sekarang ada penekanan didalam doa-doa saya, semoga suami dalam menjalankan tugasnya selalu dalam lindunganMu Ya Rob. Amin YRA.