Menjaga Mahakarya...
Tubuhku terdiri atas delapan milyar sel darah dan seratus triliun sel yang terbentuk menjadi dua ratus jenis sel berbeda di dalam tubuh. Setiap detik, delapan juta selku mati dan siap digantikan oleh sel-sel baru. Disetiap sel mengandung Inti sel yang didalamnya tersimpan DNA sebagai blue print pembawa sifat. Berat sebuah DN@: 1/200 milyar gram. Tubuhku mengandung 60 trilliun sel yang jika direntangkan panjangnya mencapai 2x jarak bumi-bulan. Jika seluruh DNA manusia di muka bumi ini dikumpulkan maka beratnya sama dengan hanya sebiji beras. Luar biasa…
Manusia adalah sebuah Mahakarya Tuhan yang paling sempurna diantara ciptaanNya.
Sementara itu…
Disebuah ruang tunggu klinik, tampak seorang ayah menuntun anak laki-lakinya yang duduk diatas kursi roda. Dari bisik-bisik yang terdengar, kaki kiri anak laki-laki itu sebelumnya terkilir dan diurut ke dukun terkenal didaerahnya. Oh…!
Tahukah anda berapa harga sepotong kaki?
You are what you think
Keputusan kita untuk pergi ke dokter bisa lebih rumit dibanding pergi ke mall. Padahal dasarnya yang satu karena suatu kebutuhan, yang lain hanyalah sebuah keinginan. Pergi ke dokter bisa karena suatu keharusan tapi pergi ke mall hanya sebuah pilihan. Gambaran harus rela dan sabar menunggu antrian, juga harus mengeluarkan uang yang tidak sedikit sudah langsung memenuhi kepala seseorang yang akan berobat ke dokter. Pertanyaannya, keengganan kita untuk pergi ke dokter apakah sudah sebanding dengan upaya kita menjaga kesehatan?
You are what you eat
Menjaga kesehatan dimulai dari apa yang kita makan dan ini langsung bersentuhan dengan mahakarya bernama gigi dengan segala pendukungnya. Sudahkah kita menghargai sebuah gigi dengan sabar melakukan perawatan rutin ke dokter gigi? Atau bila ada keluhan, kita lebih memilih tindakan yang jauh lebih mudah dan ekonomis, mencabut gigi dari akarnya.
Berkaitan dengan kebiasaan makan, ada banyak kalimat bijak yang dapat kita pakai sebagai acuan untuk memulai hidup rehat. Yang amat popular, berhentilah makan sebelum kenyang. Kebiasaan dalam keluarga yang saya terapkan, lebih baik membuang makanan yang tersisa di piring daripada menganiaya mahakarya bernama lambung. Lebih baik lagi jika mengambil secukupnya saja agar tidak membuang-buang makanan.
You are what you read
Kekurangan informasi menyebabkan tidak semua orang menyadari bahwa dirinya adalah sebuah Mahakarya. Mengambil contoh diatas, kurangnya informasi tentang nilai sebuah mahakarya bernama kaki dan gambaran yang bias mengenai pengobatan medis menyebabkan bapak tersebut memutuskan membawa anaknya yang terkilir ke dukun urut (baca: pengobatan non medis) lebih dulu ketimbang mengupayakan pengobatan medis. Mungkin pertimbangan yang mendasari keputusan bapak tersebut sangat kompleks tapi sebetulnya masalah kaki terkilir adalah masalah sepele yang tidak harus mengorbankan sebelah kaki. Apalagi di tengah kemudahan akses informasi seperti sekarang ini, setiap orang dapat dengan mudah mengetahui harus kemana untuk mendapatkan pelayanan pengobatan yang tepat dengan ahli yang tepat.
Sebuah informasi dimulai dari membaca dan membaca tidak harus dari sebuah buku diktat. Membaca adalah sebuah proses belajar. Belajar bisa kapan saja dan dimana saja. Bila kalimat ini dihubungkan dengan inti tulisan diawal paragraf, akan lebih baik bila ditambahkan, Belajar bisa pada siapa saja tapi kalau sakit seharusnya ke dokter (baca:tenaga medis). Semoga kita selalu sehat…
Ditulis oleh: Layla Fachir Thalib
Dimuat Di Jawa Pos Minggu, may 2012
Silahkan kunjungi: www.otc-clinic.com